Selasa, 10 Juli 2012

Selagi Masih Sempat

Selagi Masih Sempat

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan sebuah direct message di akun twitter. Seorang teman yang baru saya kenal mengatakan bahwa 12 Agustus yang lalu dia telah kehilangan sosok seorang Ayah. Membaca pesan itu, hati saya terasa pilu. Terlebih, dia juga mengatakan sebelum Ayahnya meninggal dia sempat mengkomentari tulisan saya tentang Memeluk Ayah.
Saat itu saya bertanya, “Apakah kamu sudah mencium kening Ayahmu Kak, untuk terakhir kali?
Sudah,” jawabnya. “Namun setelah beliau tak ada.
Kebanyakan dari kita, mungkin selalu terlambat untuk mengungkapkan rasa sayang kepada orang tua kita. Mungkin, hanya ada tetes air mata kerinduan setelah mereka pergi, namun saat mereka masih bersama-sama kita, saling tertawa atau berbagi rasa, kita seperti melupakan kehadiran mereka. Dan setelah masa keberpisahan itu tiba, baru kita sadar, betapa kita mencintai mereka.
(more…)

Jika Ibu Adalah Kartini, Maka Siapa Ayah?

Beberapa jam lagi akan menjadi pengubah tanggal, dari tanggal 21 April menjadi tanggal 22 April. Lalu apa masalahnya? Masalahnya, semua pembicaraan tentang Kartini dan Perempuan akan lenyap, berganti dengan topik-topik lainnya. Ya, memang harus begitu, masa mau ngomongin hal yang itu-itu saja tiap harinya.
Yups, benar sekali. Tidak bisa disangkal, kalau sudah menyinggung tentang perempuan biasanya akan marak di tiap tanggal 21 April dan di 22 Desember. Inilah dua bulan kepunyaan perempuan. Setelah itu? Bablas. Boro-boro disinggung, diingat saja sudah sukur.
Wah, kalau begitu perempuan sepatutnya bangga, masih ada yang mau mengingat mereka meski hanya dua kali dalam setahun. Lalu bagaimana dengan Laki-laki? Jangankan disinggung, diingat saja syukur.
(more…)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar