PANTI REHABILITAS
WANITA
A.
Pendahuluan
Panti rehabilitasi wanita merupakan
salah satu tempat penampungan bagi wanita-wanita dariberbagai latar
belakang kehidupan.Di panti rehabilitasi ini wanita disiapkan untuk menjadi
individu yangdapat bersosialisasi dan berguna bagi masyarakat banyak.
Tempatrehabilitasi ini dipenuhi oleh wanita-wanita korban kekerasan,
wanitahamil luar nikah, korban pemerkosaan dan termasuk juga wanita-wanitayang
tuna susila. Apalagi di zaman sekarang banyak tindak kejahatan yangmerugikan
kaum wanita. Bahkan banyak wanita yang mengalami kekerasadan penderitaan memilih
jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Panti rehabilitasi wanita ini diharapkan
dapat memperbaiki kondisi pisik dan psikis wanita yang mengalami konflik
dalam hidupnya.Keberadaan panti-panti yang sudah disediakan pemerintah (salah
satunyadi Sumatra Barat) diharapkan dapat menciptakan calon-calon wanita
yangsiap mengarungi peliknya kondisi hidup saat ini.
Untuk lebih jelasnyadalam pembahasan
makalah ini akan di bahas mengenai panti rehabilitasidiantaranya adalah
keberadaan panti rehabilitasi wanita di masyarakat, pola pembinaan dan
bimbingan yang dilakukan di panti rehabilitasiwanita, masalah-masalah yang
dialami oleh wanita tuna susila, model-model konseling yang dapat diterapkan
untuk wanita tuna susila.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian
Panti Rehabiliatas Wanita
Rehabilitasi
ditinjau dari makna kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Rehabilitation
yang artinya mengembalikan seperti semula, mengembalikan yang dimaksud adalah
mengembalikan kemampuan yang pernah dimiliki karena suatu hal (musibah) ia
harus kehilangan kemampuan, kemampuan inilah yang dikembalikan seperti semula
yaitu seperti kondisi sebelum terjadi
musibah yang dialaminya.
Ada
pula yang memaknai rehabilitas terbentuk dri dua kata yaitu ’’re’’dan
’’habilitasi’’. Re maknanya kembali, habilitasi maknanya kemampuan. Jika
pemakaian kata ini yang digunakan maka ada dua
konsep pengertian yaitu: Rehabilitasi, dan Habilitasi. Rehabilitasi
artinya mengembalikan kemampuan yang hilang sedangkan Habilitasi artinya
memberikan kemampuan terhadap individu yang belum pernah dimilikinya sejak
lahir.
Rehabilitasi
merupakan suatu rangkaian yang bertujuan untuk melakukan aksi pencegahan,
peningkatan, penyembuhan danmemberikan serta memulihkan kemampuan bagi individu
yangmembutuhkan layanan khusus. Hal tersebut didasarkan atas masalahyang
dialami oleh masing-masing inividu, layanan diberikan secaraterpadu dan
berkesinambungan.
Panti
Sosial Karya Wanita adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para wanita agar mampu mandiri dan
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat (Kepmensos no.50/HUK/2004 dalam
Departemen Sosial RI, 2009: 100).[1]
Panti
rehabilitas sosial wanita tuna susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan
rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah
sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta pembinaan
lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat. [2]
Pelayanan
Rehabilitasi Sosial adalah pelayanan yang ditujukan untuk membantu warga negara
yang mengalami permasalahan sosial sehingga tidak mampu melaksanakan fungsi
sosialnya secara wajar dimasyarakat.
2.
Keberadaan
Panti Rehabilitasi Wanita di Masyarakat
Pelayanan
rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk motivasi dan diagnosis
psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan
kewirausahaan, bimbinganspiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan
konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas bantuan dan asistensi
sosial, bimbinganresosialisasi, bimbingan lanjut, serta rujukan
.Dalam
rangka penanggulangan kasus-kasus WTS inidiperlukan lembaga rehabilitasi.
Dimana lembaga ini mampumencegah, meningkatkan, menyembuhkan, dan memulihkankemampuan
bagi individu yang membutuhkan layanan khusus, yangdidasarkan atas masalah yang
dialami oleh masing-masing individuyang diberikan secara terpadu dan
berkesinambungan.
Oleh
karena itu diperlukan
suatu wadah yang dapat mencegah tindakan tersebut danmendukung
gerakanprolife(peduli akan hidup)Panti ini dibuat berdasarkan kebutuhan akan
suatu wadah pelayanan yang bersifat sosial, guna menampung para wanita
korban pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan pecandunarkoba
dan alkohol. Wanita dalam kondisi seperti ini merasa tertolak oleh
keluaraga dan masyarakat sekitarnya dan membutuhkan tempat perlindungan
dan bernaung.
Dari
segi medis panti ini memiliki beberapa fungsi: kuratif,rehabilitatif, promotif
dan preventif.
a.
Fungsi Kuratif
ini
memberikan layanan sebagai penyembuhan darigangguan yang dialami oleh individu
yang membutuhkan layanankhusus, dalam bidang koordinasi, gerak motorik,
komunikasi, psikososial, pendidikan.
b.
Fungsi Rehabilitatif
Memberikan
layanan yang berfungsi sebagai pemulihanatau memberi kemampuan pada individu
yang mengalamigangguan koordinasi, gerak motorik, komunikasi,
psikososial, pendidikan
c.
Fungsi Promotif
Memberikan
layanan yang berfungsi sebagai upaya peningkatan kemampuan yang sudah
dimiliki dengan harapanindividu yang membutuhkan layanan khusus
mengalami peningkatan menuju kondisi normal secara optimal.
d.
Fungsi Preventif
Memberikan
layanan pencegahan dari kondisi kecacatan,agar tidak terjadi kondisi yang lebih
parah atau lebih berat. Denganadanya fungsi pencegahan terhadap gangguan
melalui layananrehabilitasi diharapkan individu yang membutuhkan layana
khususdapat terhindar dari kecacatan yang lebih berat.
3.
Pola
Pembinaan dan Bimbingan yang Dilakukan
Konseling
rehabilitasi adalah sebuah profesi yang menerapkan proses konseling untuk
membantu individu penyandang cacat dalam beradaptasi dengan lingkungan,
dan membantu lingkungan dalammengakomodasi kebutuhan individu tersebut agar
dapat mencapaitujuan personal, vokasional, dan kehidupan yang mandiri, dan
mampu berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Prinsip
dasar profesi konseling rehabilitasi adalah membantuindividu penyandang
kecacatan fisik, mental, kognitif dan/atau sensoriagar menjadi atau tetap
menjadi warga masyarakat yang mandiri dan produktif dalam lingkungan
masyarakat pilihannya sendiri. Konselor membantu penyandang cacat merespon
secara konstruktif terhadap berbagai tantangan masyarakat, merencanakan
karir, dan mendapatkanatau mempertahankan pekerjaan yang memberi kepuasan
Rehabilitasi
sosial adalah usaha memulihkan kembali rasaharga diri, kecintaan kerja, dan
kesadaran serta tanggung jawabterhadap masa depan sendiri, keluarga maupun
masyarakat dalamlingkungan sosial serta memulihkan kembali kemauan dankemampuan
dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.
Untuk mencapai tujuan seperti yang
diinginkan dalam rehabilitasi sosialtersebut diperlukan langkah-langkah seperti
tertuang dalam Petunjuk Teknis Penanganan Masalah Sosial Tuna Susila
melalui PSKW, yaitu:
a. Melalui
subtahapan pendekatan awal yang mencakup orientasi,identifikasi, motivasi dan
seleksi.
b. Subtahapan
penerimaan, yang mencakup kegiatan regrestrasi, pengungkapan dan
penelaahan masalah, dan penempatan kliendalam program pelayanan rehabilitasi.
c. Sub
tahapan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan
1)Bimbingan pisik
mempunyai dampak positif mampumembentuk kondisi pisik dan mental seseorang
menjadi sehat.Menurut Engkos kokasih, bimbingan pisik dapat memacu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, mental, emosionaldan sosial, memacu aktivitas
peredaran darah, perencanaan, pernafasan, menambah nilai disiplin, kerja
sama, sportibilitas,tenggang rasa, keterampilan, meningkatkan kesehatan
dankesegaran jasmani rohani.
2)Bimbingan mental
merupakan sarana untuk membentuk sikapkemandirian mental seseorang. Mental
adalah semua unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, perasaan
secarakeseluruhan akan menentukan corak tingkah laku dalammenghadapi masalah
hidupnya. Bimbingan mental merupakansarana pemenuhan kebutuhan mental seseorang
agar merekam semakin mampu mandiri secara mental. Orang yang sehatmentalnya
adalah orang yang terpenuhi kebutuhan mentalnya,sehingga mampu mandiri dengan
merasakan kebahagiaanhidup, mampu merasakan dirinya berguna, berharga danmampu
menyesuaikan dengan lingkungan
3) Bimbingan sosial
diarahkan agar seseorang mampu mandirisecara sosial, mampu melaksanakan
interaksi sosial dalammasyarakat secara normative. Dengan bimbingan
sosial,seseorang diharapkan mampu menerima ransangan orang lain,mampu
memberikan respon orang lain dan mampu terlihatdalam proses belajar dengan
orang lain
4)Bimbingan
keterampilan kerja diarahkan agar seseorangmandiri secara ekonomi.
Proses pelayanan sosial bagi WTS dalam
panti tidak berenti pada kegiatan rehabilitasi sosial saja, tetapi masih
dilanjutkan melaluilangkah-langkah berikut:
1) Subjek
pelaksana Rehabilitasi, unsur utama dalam prosesrehabilitasi sosial
dilaksanakan oleh pejabat pemerintah yangterdiri dari para petugas administrasi
dan operasional serta petugas fungsional dan bekerja sama dengan berbagai
pihak atasdasar saling menguntungkan.
2) Objek
rehabilitasi sosial adalah klien WTS yang perlu dipulihkankembali harga diri,
kepercayaan diri, tanggung jawab sosial agar mereka mau dan mampu
melaksanakan fungsi sosial secaranormatif.
3) Metode
pelaksanaan rehabilitasi sosial mencakup penyuluhansosial, motivasi, bimbingan
perorangan dan kelompok, praktik kerja serta Tanya jawab.
Metode
penyuluhan tersebut digunakan sesuaidengan tahapan-tahapan proses rehabilitasi
sosial.Secara umum tahap rehabilitasi wanita tuna susila meliputi :
a) Tahap
persiapan, materi pada tahap ini yaitu penanaman pengertian pemberian
bimbingan dan sosial.
b) Tahap
pengendalian kesadaran, pada tahap ini menanamkansecara terus-menerus
pendidikan agama, budi pekerti, pendidikan mental, sikap, dan tingkah
laku.
c) Tahap
penambahan pengetahuan yag meliputi kecakapan yang berguna.
d) Tahap
penyaluran dan pengarahan untuk dikembalikan kepadalingkungan semula (keluarga
atau orang tua ataukemansyarakatan bekerja atau kawin).
e) Tahap
pengawasan setelah mereka disalurkan kedalamlingkungan pergaulan sosial yang
lebih luas.
f) Tahap evaluasi hasil rehabilitasi, untuk
mengetahui ketepatandari proses di dalam rehabilitasi.
Usaha Rehabilitasi dalam pola penanggulangan
WTS mempunyai tugas yaitu sebagai
berikut:
1)
Mengembalikan keadaan
dan kedudukan orang yang terlibat dalam pelacuran tersebut sebagai
individu yang baik dan berpribadi.
2)
Mengembalikan daya
fungsi mereka baik sebagai individu maupunsebagai anggota keluarga dan warga
masyarakat.
3)
Mengembalikan mereka
kepada situasi dan keadaan di manamereka dapat berfikir sehat, bermental kuat,
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
4)
Membantu mereka untuk kembali
dan mencintai kepada jalanhidup yang benar.
4.
Masalah-maslah
yang Dialami oleh Wanita Tuna Susil
Masalah-masalah
yang dialami oleh tuna susila ini dapat berupa persoalan psikologis yang
bersumber akibat dari gaya hidupyang modern atau wujud dari westernisasi dan
juga terjadinya brokenhome. Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan
keindahantubuh dan barang-barang yang dikenalkannya dan akibat meniru
gaya barat yang mau menjual harga diri demi kepuasan dunia tanpamemikirkan
dampak dari perbuatannya tersebut.
Kehidupan
keluarga yang kurang baik dapat menjadikanseorang remaja untuk melakukan
hal-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang
yang tidak bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai WTS demi
mengharapkanmaterial belaka.
Menurut
Jalaludin dalam tesisnya yang berjudul ProsesRehabilitasi Wanita Tuna Susila,
2005.Faktor-Faktor yang DidugaPenyebab Wanita Tuna Susila antara lain:[3]
a. Faktor
Sosial Ekonomi.
Faktor
sosial ekonomi di luar individuatau kelompok masyarakat yang cenderung
mendorong individuatau anggota masyarakat untuk menjadi WTS. Misalnya
karenakemiskinan, ketidak mampuan individu atau lingkunganmenanggulangi
kemelaratan yang terus menerus, ketandusandaerah serta aspek sosial ekonomi
lainnya yang mengakibatkanterjerumus menjadi WTS.
b. Faktor
Sosial Psikologis.
Faktor
ini terdapat pada diri manusia itusendiri, maupun akibat frustasi dari luar
yang secara kejiwaancenderung mendorong seseorang untuk menjadi WTS.
Misalnyaadanya kelainan kejiwaan, broken home atau gejala frustasi lainnyaserta
kurangnya pengetahuan tentang agama (keimanan).
c. Faktor
Sosial Budaya.
Diakibatkan
oleh lingkungan sosial budayayang cenderung individual, sehingga tidak peduli
kepada seseorangyang berprofesi sebagai WTS.
d. Faktor
Sosial yang Cepat.
Perubahan sosial yang
tidak diikutidengan norma dan pendidikan yang ketat, maka akan
melahirkankelonggaran sosial. Dengan longgarnya masalah norma sosial
dimasyarakat maka akan mudah melahirkan WTS.
e. Faktor
Longgarnya Kontrol Sosial
Dunia WTS adalah dunia yangkompleks dan untuk
mengatasinya adalah kontrol sosial danlembaga perkawinan atau pernikahan.
5.
Model-model
Konseling yang dapat Diterapkan untuk WanitaTuna Susila.
Berbagai
layanan konseling dapat digunakan dalam membantuwanita tuna susila ini.
Pelayanan yang dilakukan pun dilaksanakanmenggunakan berbagai pendekatan atau
model konselilng.
Beberapa bentuk
model konseling yang dapat digunakan adalah:
a.
Pendekatan behavioristik.
Setiap segi kehidupan ini adalah
proses belajar. tujuan konseling behavioristik adalah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. tujuannya agar klien mampu menguasai
tingkah laku baru yang efektif dengan cara menciptakan suatu kondisi-kondisi
baru bagi proses belajar.
b.
Pendekatan logo terapy.
Setiap
aspek kehidupan seseorang akan berusaha menjadi bermakna terhadap dirinya
sendiri danlingkungannya.
c.
Pendekatan Cognitif
behavioral terapy.
Setiap
manusia berperilakudiatur oleh kerja otaknya yang nantinya akan tergambar
dalam perilakunya.
d.
Rasional emotif terapi.
Merasionalkan
kembali pemikiran klienterhadap penilaian dan pandangannya terhadap diri dan
lingkungansosialnya. Tujuannya agar klien mampu memperbaiki dan merubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan-pandangan klien yang
irasional dan illogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan
diri, meningkatkan aktualisasi diri seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif
dan afektif yang positif.[4]
C.
Penutup
Dalam rangka penanggulangan
kasus-kasus WTS ini diperlukanlembaga rehabilitasi. Dimana lembaga ini mampu mencegah,meningkatkan,
menyembuhkan, dan memulihkan kemampuan bagiindividu yang membutuhkan layanan
khusus, yang didasarkan atasmasalah yang dialami oleh masing-masing individu
yang diberikan secaraterpadu dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan
suatu wadahyang dapat mencegah tindakan tersebut dan mendukung
gerakanprolife(peduli akan hidup).
Masalah-masalah yang dialami oleh tuna
susila ini dapat berupa persoalan psikologis yang bersumber akibat dari
gaya hidup yang modernatau wujud dari westernisasi dan juga terjadinya broken
home. Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan
barang- barang yang dikenalkannya dan akibat meniru gaya barat yang
maumenjual harga diri demi kepuasan dunia tampa memikirkan dampak
dari perbuatannya tersebut.
Berbagai layanan konseling dapat
digunakan dalam membantu wanita tuna susila ini. Pelayanan yang dilakukan pun dilaksanakanmenggunakan
berbagai pendekatan atau model konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Desmayunita dkk, Tersediahttps://id.scribd.com/doc/134354936/Makalah-Konseling-Di-Panti-Rehabilitasi-Wanita. 10
April 2016
http://eprints.uny.ac.id/9700/2/BAB%202%20-%2008102241026.pdf, ( 10
April 2016)
https://www.google.co.id/#q=pengertian+masalah+yang+dialami+dipanti+rehabilitas+wanita+pdf. 10
April 2016
Taufik, Model-Model
Konseling, Padang: Universitas Negri Padang, 2009
[1](Online), Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/9700/2/BAB%202%20-%2008102241026.pdf, ( 10
April 2016)
[2](Online),Tersedia:https://www.google.co.id/#q=pengertian+masalah+yang+dialami+dipanti+rehabilitas+wanita+pdf. 10 April 2016
[3]Desmayunita dkk, Tersediahttps://id.scribd.com/doc/134354936/Makalah-Konseling-Di-Panti-Rehabilitasi-Wanita. 10
April 2016
[4]Taufik,Model-Model Konseling ( Padang:
Universitas Negri Padang, 2009), hal 177
Tidak ada komentar:
Posting Komentar