Senin, 09 Mei 2016

KONSELING DI PANTI REHABILITAS WANITA



PANTI REHABILITAS WANITA

A.    Pendahuluan
Panti rehabilitasi wanita merupakan salah satu tempat penampungan bagi wanita-wanita dariberbagai latar belakang kehidupan.Di panti rehabilitasi ini wanita disiapkan untuk menjadi individu yangdapat bersosialisasi dan berguna bagi masyarakat banyak. Tempatrehabilitasi ini dipenuhi oleh wanita-wanita korban kekerasan, wanitahamil luar nikah, korban pemerkosaan dan termasuk juga wanita-wanitayang tuna susila. Apalagi di zaman sekarang banyak tindak kejahatan yangmerugikan kaum wanita. Bahkan banyak wanita yang mengalami kekerasadan penderitaan memilih jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Panti rehabilitasi wanita ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi pisik dan psikis wanita yang mengalami konflik dalam hidupnya.Keberadaan panti-panti yang sudah disediakan pemerintah (salah satunyadi Sumatra Barat) diharapkan dapat menciptakan calon-calon wanita yangsiap mengarungi peliknya kondisi hidup saat ini.
Untuk lebih jelasnyadalam pembahasan makalah ini akan di bahas mengenai panti rehabilitasidiantaranya adalah keberadaan panti rehabilitasi wanita di masyarakat, pola pembinaan dan bimbingan yang dilakukan di panti rehabilitasiwanita, masalah-masalah yang dialami oleh wanita tuna susila, model-model konseling yang dapat diterapkan untuk wanita tuna susila.

B.     Pembahasan
1.      Pengertian Panti Rehabiliatas Wanita
Rehabilitasi ditinjau dari makna kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Rehabilitation yang artinya mengembalikan seperti semula, mengembalikan yang dimaksud adalah mengembalikan kemampuan yang pernah dimiliki karena suatu hal (musibah) ia harus kehilangan kemampuan, kemampuan inilah yang dikembalikan seperti semula yaitu seperti  kondisi sebelum terjadi musibah yang dialaminya.
Ada pula yang memaknai rehabilitas terbentuk dri dua kata yaitu ’’re’’dan ’’habilitasi’’. Re maknanya kembali, habilitasi maknanya kemampuan. Jika pemakaian kata ini yang digunakan maka ada dua  konsep pengertian yaitu: Rehabilitasi, dan Habilitasi. Rehabilitasi artinya mengembalikan kemampuan yang hilang sedangkan Habilitasi artinya memberikan kemampuan terhadap individu yang belum pernah dimilikinya sejak lahir.
Rehabilitasi merupakan suatu rangkaian yang bertujuan untuk melakukan aksi pencegahan, peningkatan, penyembuhan danmemberikan serta memulihkan kemampuan bagi individu yangmembutuhkan layanan khusus. Hal tersebut didasarkan atas masalahyang dialami oleh masing-masing inividu, layanan diberikan secaraterpadu dan berkesinambungan.
Panti Sosial Karya Wanita adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para wanita agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat (Kepmensos no.50/HUK/2004 dalam Departemen Sosial RI, 2009: 100).[1]
Panti rehabilitas sosial wanita tuna susila yang mempunyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan, resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para wanita tuna susila agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. [2]

Pelayanan Rehabilitasi Sosial adalah pelayanan yang ditujukan untuk membantu warga negara yang mengalami permasalahan sosial sehingga tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dimasyarakat.

2.      Keberadaan Panti Rehabilitasi Wanita di Masyarakat
Pelayanan rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbinganspiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas bantuan dan asistensi sosial, bimbinganresosialisasi, bimbingan lanjut, serta rujukan
.Dalam rangka penanggulangan kasus-kasus WTS inidiperlukan lembaga rehabilitasi. Dimana lembaga ini mampumencegah, meningkatkan, menyembuhkan, dan memulihkankemampuan bagi individu yang membutuhkan layanan khusus, yangdidasarkan atas masalah yang dialami oleh masing-masing individuyang diberikan secara terpadu dan berkesinambungan.
Oleh karena itu diperlukan suatu wadah yang dapat mencegah tindakan tersebut danmendukung gerakanprolife(peduli akan hidup)Panti ini dibuat berdasarkan kebutuhan akan suatu wadah pelayanan yang bersifat sosial, guna menampung para wanita korban pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan pecandunarkoba dan alkohol. Wanita dalam kondisi seperti ini merasa tertolak oleh keluaraga dan masyarakat sekitarnya dan membutuhkan tempat perlindungan dan bernaung.
Dari segi medis panti ini memiliki beberapa fungsi: kuratif,rehabilitatif, promotif dan preventif.
a.         Fungsi Kuratif
ini memberikan layanan sebagai penyembuhan darigangguan yang dialami oleh individu yang membutuhkan layanankhusus, dalam bidang koordinasi, gerak motorik, komunikasi, psikososial, pendidikan.
b.        Fungsi Rehabilitatif 
Memberikan layanan yang berfungsi sebagai pemulihanatau memberi kemampuan pada individu yang mengalamigangguan koordinasi, gerak motorik, komunikasi, psikososial, pendidikan
c.         Fungsi Promotif 
Memberikan layanan yang berfungsi sebagai upaya peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki dengan harapanindividu yang membutuhkan layanan khusus mengalami peningkatan menuju kondisi normal secara optimal.
d.        Fungsi Preventif 
Memberikan layanan pencegahan dari kondisi kecacatan,agar tidak terjadi kondisi yang lebih parah atau lebih berat. Denganadanya fungsi pencegahan terhadap gangguan melalui layananrehabilitasi diharapkan individu yang membutuhkan layana khususdapat terhindar dari kecacatan yang lebih berat.

3.      Pola Pembinaan dan Bimbingan yang Dilakukan
Konseling rehabilitasi adalah sebuah profesi yang menerapkan proses konseling untuk membantu individu penyandang cacat dalam beradaptasi dengan lingkungan, dan membantu lingkungan dalammengakomodasi kebutuhan individu tersebut agar dapat mencapaitujuan personal, vokasional, dan kehidupan yang mandiri, dan mampu berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Prinsip dasar profesi konseling rehabilitasi adalah membantuindividu penyandang kecacatan fisik, mental, kognitif dan/atau sensoriagar menjadi atau tetap menjadi warga masyarakat yang mandiri dan produktif dalam lingkungan masyarakat pilihannya sendiri. Konselor membantu penyandang cacat merespon secara konstruktif terhadap berbagai tantangan masyarakat, merencanakan karir, dan mendapatkanatau mempertahankan pekerjaan yang memberi kepuasan
Rehabilitasi sosial adalah usaha memulihkan kembali rasaharga diri, kecintaan kerja, dan kesadaran serta tanggung jawabterhadap masa depan sendiri, keluarga maupun masyarakat dalamlingkungan sosial serta memulihkan kembali kemauan dankemampuan dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.
 Untuk mencapai tujuan seperti yang diinginkan dalam rehabilitasi sosialtersebut diperlukan langkah-langkah seperti tertuang dalam Petunjuk Teknis Penanganan Masalah Sosial Tuna Susila melalui PSKW, yaitu:
a.       Melalui subtahapan pendekatan awal yang mencakup orientasi,identifikasi, motivasi dan seleksi. 
b.      Subtahapan penerimaan, yang mencakup kegiatan regrestrasi, pengungkapan dan penelaahan masalah, dan penempatan kliendalam program pelayanan rehabilitasi.
c.       Sub tahapan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan
1)Bimbingan pisik mempunyai dampak positif mampumembentuk kondisi pisik dan mental seseorang menjadi sehat.Menurut Engkos kokasih, bimbingan pisik dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosionaldan sosial, memacu aktivitas peredaran darah, perencanaan, pernafasan, menambah nilai disiplin, kerja sama, sportibilitas,tenggang rasa, keterampilan, meningkatkan kesehatan dankesegaran jasmani rohani.
2)Bimbingan mental merupakan sarana untuk membentuk sikapkemandirian mental seseorang. Mental adalah semua unsur  jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, perasaan secarakeseluruhan akan menentukan corak tingkah laku dalammenghadapi masalah hidupnya. Bimbingan mental merupakansarana pemenuhan kebutuhan mental seseorang agar merekam semakin mampu mandiri secara mental. Orang yang sehatmentalnya adalah orang yang terpenuhi kebutuhan mentalnya,sehingga mampu mandiri dengan merasakan kebahagiaanhidup, mampu merasakan dirinya berguna, berharga danmampu menyesuaikan dengan lingkungan
3) Bimbingan sosial diarahkan agar seseorang mampu mandirisecara sosial, mampu melaksanakan interaksi sosial dalammasyarakat secara normative. Dengan bimbingan sosial,seseorang diharapkan mampu menerima ransangan orang lain,mampu memberikan respon orang lain dan mampu terlihatdalam proses belajar dengan orang lain
4)Bimbingan keterampilan kerja diarahkan agar seseorangmandiri secara ekonomi.
Proses pelayanan sosial bagi WTS dalam panti tidak berenti pada kegiatan rehabilitasi sosial saja, tetapi masih dilanjutkan melaluilangkah-langkah berikut:
1)      Subjek pelaksana Rehabilitasi, unsur utama dalam prosesrehabilitasi sosial dilaksanakan oleh pejabat pemerintah yangterdiri dari para petugas administrasi dan operasional serta petugas fungsional dan bekerja sama dengan berbagai pihak atasdasar saling menguntungkan.
2)      Objek rehabilitasi sosial adalah klien WTS yang perlu dipulihkankembali harga diri, kepercayaan diri, tanggung jawab sosial agar mereka mau dan mampu melaksanakan fungsi sosial secaranormatif.
3)      Metode pelaksanaan rehabilitasi sosial mencakup penyuluhansosial, motivasi, bimbingan perorangan dan kelompok, praktik kerja serta Tanya jawab.
Metode penyuluhan tersebut digunakan sesuaidengan tahapan-tahapan proses rehabilitasi sosial.Secara umum tahap rehabilitasi wanita tuna susila meliputi :
a)    Tahap persiapan, materi pada tahap ini yaitu penanaman pengertian pemberian bimbingan dan sosial.
b)   Tahap pengendalian kesadaran, pada tahap ini menanamkansecara terus-menerus pendidikan agama, budi pekerti, pendidikan mental, sikap, dan tingkah laku.
c)    Tahap penambahan pengetahuan yag meliputi kecakapan yang berguna.
d)   Tahap penyaluran dan pengarahan untuk dikembalikan kepadalingkungan semula (keluarga atau orang tua ataukemansyarakatan bekerja atau kawin).
e)    Tahap pengawasan setelah mereka disalurkan kedalamlingkungan pergaulan sosial yang lebih luas.
f)     Tahap evaluasi hasil rehabilitasi, untuk mengetahui ketepatandari proses di dalam rehabilitasi.
Usaha Rehabilitasi dalam pola penanggulangan WTS   mempunyai tugas yaitu sebagai berikut:
1)        Mengembalikan keadaan dan kedudukan orang yang terlibat dalam pelacuran tersebut sebagai individu yang baik dan berpribadi.
2)        Mengembalikan daya fungsi mereka baik sebagai individu maupunsebagai anggota keluarga dan warga masyarakat.
3)        Mengembalikan mereka kepada situasi dan keadaan di manamereka dapat berfikir sehat, bermental kuat, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
4)        Membantu mereka untuk kembali dan mencintai kepada jalanhidup yang benar.

4.      Masalah-maslah yang Dialami oleh Wanita Tuna Susil
Masalah-masalah yang dialami oleh tuna susila ini dapat berupa persoalan psikologis yang bersumber akibat dari gaya hidupyang modern atau wujud dari westernisasi dan juga terjadinya brokenhome. Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahantubuh dan barang-barang yang dikenalkannya dan akibat meniru gaya barat yang mau menjual harga diri demi kepuasan dunia tanpamemikirkan dampak dari perbuatannya tersebut.
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat menjadikanseorang remaja untuk melakukan hal-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai WTS demi mengharapkanmaterial belaka.
Menurut Jalaludin dalam tesisnya yang berjudul ProsesRehabilitasi Wanita Tuna Susila, 2005.Faktor-Faktor yang DidugaPenyebab Wanita Tuna Susila antara lain:[3]
a.       Faktor Sosial Ekonomi.
Faktor sosial ekonomi di luar individuatau kelompok masyarakat yang cenderung mendorong individuatau anggota masyarakat untuk menjadi WTS. Misalnya karenakemiskinan, ketidak mampuan individu atau lingkunganmenanggulangi kemelaratan yang terus menerus, ketandusandaerah serta aspek sosial ekonomi lainnya yang mengakibatkanterjerumus menjadi WTS.
b.      Faktor Sosial Psikologis.
Faktor ini terdapat pada diri manusia itusendiri, maupun akibat frustasi dari luar yang secara kejiwaancenderung mendorong seseorang untuk menjadi WTS. Misalnyaadanya kelainan kejiwaan, broken home atau gejala frustasi lainnyaserta kurangnya pengetahuan tentang agama (keimanan).
c.       Faktor Sosial Budaya.
Diakibatkan oleh lingkungan sosial budayayang cenderung individual, sehingga tidak peduli kepada seseorangyang berprofesi sebagai WTS.
d.      Faktor Sosial yang Cepat.
Perubahan sosial yang tidak diikutidengan norma dan pendidikan yang ketat, maka akan melahirkankelonggaran sosial. Dengan longgarnya masalah norma sosial dimasyarakat maka akan mudah melahirkan WTS.
e.       Faktor Longgarnya Kontrol Sosial
 Dunia WTS adalah dunia yangkompleks dan untuk mengatasinya adalah kontrol sosial danlembaga perkawinan atau pernikahan.




5.      Model-model Konseling yang dapat Diterapkan untuk WanitaTuna Susila.
Berbagai layanan konseling dapat digunakan dalam membantuwanita tuna susila ini. Pelayanan yang dilakukan pun dilaksanakanmenggunakan berbagai pendekatan atau model konselilng.
Beberapa bentuk model konseling yang dapat digunakan adalah:
a.         Pendekatan behavioristik.
 Setiap segi kehidupan ini adalah proses belajar. tujuan konseling behavioristik adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. tujuannya agar klien mampu menguasai tingkah laku baru yang efektif dengan cara menciptakan suatu kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
b.        Pendekatan logo terapy.
Setiap aspek kehidupan seseorang akan berusaha menjadi bermakna terhadap dirinya sendiri danlingkungannya.
c.         Pendekatan Cognitif behavioral terapy.
Setiap manusia berperilakudiatur oleh kerja otaknya yang nantinya akan tergambar dalam perilakunya.
d.        Rasional emotif terapi.
Merasionalkan kembali pemikiran klienterhadap penilaian dan pandangannya terhadap diri dan lingkungansosialnya. Tujuannya agar klien mampu memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan illogis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi diri seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.[4]

C.    Penutup
 Dalam rangka penanggulangan kasus-kasus WTS ini diperlukanlembaga rehabilitasi. Dimana lembaga ini mampu mencegah,meningkatkan, menyembuhkan, dan memulihkan kemampuan bagiindividu yang membutuhkan layanan khusus, yang didasarkan atasmasalah yang dialami oleh masing-masing individu yang diberikan secaraterpadu dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan suatu wadahyang dapat mencegah tindakan tersebut dan mendukung gerakanprolife(peduli akan hidup).
Masalah-masalah yang dialami oleh tuna susila ini dapat berupa persoalan psikologis yang bersumber akibat dari gaya hidup yang modernatau wujud dari westernisasi dan juga terjadinya broken home. Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang- barang yang dikenalkannya dan akibat meniru gaya barat yang maumenjual harga diri demi kepuasan dunia tampa memikirkan dampak dari perbuatannya tersebut.
Berbagai layanan konseling dapat digunakan dalam membantu wanita tuna susila ini. Pelayanan yang dilakukan pun dilaksanakanmenggunakan berbagai pendekatan atau model konseling.




DAFTAR PUSTAKA
Taufik,  Model-Model Konseling, Padang: Universitas Negri Padang, 2009






[1](Online), Tersedia:  http://eprints.uny.ac.id/9700/2/BAB%202%20-%2008102241026.pdf,  ( 10 April 2016)

[4]Taufik,Model-Model Konseling ( Padang: Universitas Negri Padang, 2009), hal 177

Tidak ada komentar:

Posting Komentar