Senin, 09 Juli 2012

Friend 4 Ever (Cerpen Persahabatan Sejati 2012)

HEMOFILIA
Cerpen Sisca Ainun Nissa

Tau nggak apa itu HEMOFILIA? Hemofilia adalah salah satu jenis penyakit yang menyerang darah. Khususnya eritrosit atau sel darah merah. Hemofilia merupakan penyakit menurun yang menyebabkan darah sukar untuk membeku jika terjadi luka. Ada beberapa usaha untuk dapat mengatasi penyakit Hemofilia, antara lain yaitu mengkonsumsi makanan atau minuman yang sehat, menjaga berat tubuh jangan berlebihan, karena jika berat badan berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada sendi-sendi di bagian kaki, dan berhati-hatilah dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkecil resiko terluka.

Itu sekilas info tentng Hemofilia. Alena, sahabatku sengaja memberikannya padaku. Ia ingin agar aku lekas sembuh dari penyakit yang kuderita. Ya, aku selama ini menderita Hemofilia. Penyakit itu menurun dari Mamaku. Dan sekarang Mamaku sudah tiada gara-gara ganasnya penyakit itu. Mamaku meninggal gara-gara pendarahan hebat setelah mengalami kecelakaan yang dahsyat semasa aku umur 9 tahun.

Oh, ya. Sampai lupa, kenalin aku Zeffana Asenna Putri. Aku biasa dipanggil Senna. Saat ini aku duduk di kelas dua SMP, tepatnya di kelas VIII F. Aku terlahir di antara keluarga yang bisa dibilang mampu, bahkan cukup mampu. Papaku bekerja sebagai direktur sebuah perusahaan yang ternama di kotaku. Sehingga Papa sibuk sekali dengan kariernya. Malah, setelah kepergian Mama aku sering di rumah hanya bersama kakakku, Kak Gabriel dan pembantu di rumahku, Bi Husnah.

Kak Gabriel adalah kakak yang sempurna bagiku. Perhatiannya seakan-akan lebih besar daripada perhatian papa. Aku mau kemana di anterin, mau begini di turutin. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini sifat over protective Kak Gabriel membuatku risih. Kadang-kadang juga aku berpikir, sebenarnya Kak Gabriel itu kakakku apa bodyguardku sih?

Ya, sifat Kak Gabriel seperti itu gara-gara mandat papa. Papa takut kalau aku akan dapat nasib seperti mama, nasib yang buruk gara-gara Hemofilia. Tapi inilah hidupku, aku tak akan mampu menolak atau membelokkan takdir hidupku. Seperti apa yang tersurat dalam rukun iman di dalam Islam. Rukun iman yang keenam, yaitu iman pada takdir baik dan takdir buruk. Aku percaya Tuhan menggariskan yang terbaik dalam perjalanan hidupku.
****

Kubuka mataku untuk menyambut indahnya Minggu pagi. Kutatap jendela yang menghadap ke arah mentari. Sinarnya menembus celah ventilasi. Bahkan mampu merambat lurus menerjang kaca jendela. Berat rasanya ku meninggalkan tempat tidurku yang berantakan itu. Tapi Kak Gabriel sudah mengetuk pintu kamarku berulang ulang. Terpaksa aku meninggalkan kamarku dengan langkah yang berat.

“Kak, aku masih ngantuk.” Ucapku dengan mengusap sepasang mataku.
“Cepetan mandi! Lalu sarapan. Udah di tunggu sama Alena.” Ucap Kak Gabriel.
“Asstafirullahal’adzim. Aku lupa kalau aku ada janji mau nglukis bareng sama Alena.”
“Makannya, cepetan gi sana mandi!”
“Kak...”
“Apaan lagi, Senna?”
“Papa mana?”
“Udah berangkat dari tadi setelah Subuh. Kamu belum bangun kan?”
“Papa sibuk terus ya kak? Udah pulangnya malam, berangkatnya pagi-pagi. Huft.”
“Udah. Kamu mandi aja! Kasian Alena nunggunya kelamaan.”
“Sip.”
“Hati-hati, jangan sampai jatuh.”
“Baik, Kak Gabriel sayang.”

Setelah aku persiapkan pakaian aku bergegas menuju kamar mandi. Bagian yang ini aku SENSOR ya? Nggak usah di ceritain.

Badanku udah wangi dan bersih. Aku menemui Alena yang sejak tadi menungguku di ruang tamu. Wajahnya yang cantik menyambutku dengan senyum. Meski aku tahu, tersirat perasaan jengkel di dalam hatinya kerena ketelatanku.

“Len, sorry. I’m over sleep.” Ucapku dengan guratan senyum malu.
“Ah, kamu. Kaya’ lagu wajib aja, di abadikan terus.”
“Kamu Len, bisa aja. Aku yakin kamu belum sarapan kan? Ayo sarapan bareng!”
“Tebakan kamu meleset jauh. Aku udah kenyang, malah yang bantu persiapan sarapan itu aku sendiri.”
“Masa’ sih? Nggak yakin aku kalau seorang Alena bisa masak.”
“Emang nggak bisa. Kan aku bantu nyicipin doank!”
“Ah, yaudah aku sarapan dulu. Ikut nggak?”
“Nggak usah. Aku tunggu di sini aja!”
“Ukay.”

Aku berlalu meninggalkan Alena. Kak Gabriel sudah duduk manis di kursi ruang makan menungguku. Aku tersenyum ramah, dan kemudian makan makanan sehat yang di buat Bi Husnah. Nasi dengan lauk ikan laut dan sayur sayuran segar.

Setelah semua selesai, aku pergi naik sepeda kesayanganku menuju tanah lapang. Itu target pertama dan satu-satunya sebagai objek lukisanku nanti. Semua perlengkapan melukis sudah siap. Inspirasi sudah melekat di pikiranku sejak tadi malam. Dan kini saatnya aku menuangkan inspirasiku di atas kanvas.
“Len, aku boleh nggak minta pendapatmu?”
“Tentu donk, Sen. Apasih yang nggak untuk seorang sahabat? Nungguin mandi sama sarapan aja oke.”
“Kamu nyindir ah, Len?”
“Sorry bos. Emang mau minta pendapat tentang apa?”
“Gimana kalau aku ikut extrakulikuler bulutangkis di sekolah? Biar aku bisa mewakili sekolah kaya’ kamu dan Kak Gabriel dulu.”
“Kamu yakin, Sen? Lantas, bagaimana dengan...”
“Hemofilia yang aku derita? Aku akan menjaga diri dengan baik deh, Len. Aku janji.”
“Sen, menurutku sebaiknya jangan. Aku berkata ini karena aku sayang sama kamu. Aku tak mau sahabat sebaik kamu kenapa-napa.”
“Len, tapi tanpa olahraga berat badanku tak akan terkontrol. Dan bila aku over weight itu juga akan membahayakanku, akan menyebabkan pendarahan pada sendi-sendi di bagian kaki. Aku tahu itu dari dari artikel yang kamu bawa kemarin.”
“Ya, aku tahu. Tapi nggak harus ikut bulutangkis kan? Itu nggak mudah Sen. Dan resiko untuk terjatuh sangat besar.”
“Yah, andai...”
“Ingat janjimu, Sen!”
“Aku ingat. Aku berjaji aku tak akan mengeluh. Baiklah.”
“Udah sampai. Let’s go!”
****

Keinginanku untuk ikut extrakulikuler bulutangkis seakan-akan tak terbendung. Tak bisa di elakkan lagi. Aku sudah tertarik dari dulu, tapi aku baru berani mengutarakannya. Karena aku sadar Hemofilia seakan-akan merenggut cita dan masa depanku. Bagaimana reaksi Kak Gabriel jika dia tahu kalau aku ingin seperti dirinya? Akankah dia bangga ataukah dia takut seperti apa yang terjadi pada Alena? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Pagi yang indah di sekolah. Angin semilir pagi benar-benar membuat bulu romaku merinding. Terpaan angin sepoi-sepoi yang menghantam ranting-ranting kering, membuatnya satu demi satu jatuh ke tanah. Hal itu mengiringi kedatangan Alena. Senyumnya yang khas menyapaku seperti biasanya.

Tapi entah mengapa, kehadiran Alena pagi ini membuat diriku aneh. Akankah pendapat Alena kemaren yang mebuatku jadi seperti ini? Oh, aku harap jangan. Aku tak ingin membenci sahabatku hanya gara gara egoku sendiri. Tapi, setan masih berbisik padaku, memberikan sugesti-sugesti jahat yang membuat aku benci Alena.

“Eh,Senna. Kok sendiri sih? Mana Alena?” ucap Revita, salah satu anak ternama di sekolahku.
“Hm, ada di kelas. Kenapa Rev?”
“Sorry ya. Kemaren aku nggak sengaja buntutin kamu dan Alena waktu kamu mau ke tanah lapang. Dan aku dengar semua perbincanganmu dengan Alena. Maaf ya?”
“Tak apa Rev, namanya juga nggak sengaja.”
“Menurut pendapatku apa yang kamu lakukan itu sudah benar. Seharusanya kalau Alena sahabat yang baik, ia mendukung apa yang kamu lakukan. Bukan malah mengekangnya.”
“Tapi, aku rasa yang dikatakan Alena kemarin demi kebaikanku, Rev.”
“Aku rasa tak seprti itu. Ia tak ingin kamu ikut, karena ia tak ingin kamu jadi saingannya kelak.”
“Tapi, aku kan nggak sepintar Alena. Jadi mana mungkin Alena berpikir seperti itu.”
“Apasih yang nggak mungkin di dunia ini, Sen?” ucap Revita dengan ulasan senyum. “Ayo ikut aku sekarang, Sen!”
“Kemana?”
“Ayo ikut saja.”

Aku turuti saja apa permintaan Revita. Revita terkenal karena kekayaan orangtuanya, keelokan parasnya, dan kepintarannya dalam bergaul. Pantas aja banyak anak cowok yang jatuh hati pada Revita. Sungguh, sebuah ciptaan yang hampir sempurna.

Dibawa kemana aku? Ya Tuhan. Ternyata Revita mendaftarkanku untut ikut extrakulikuler bulutangkis. Aku nggak nyangka Revita akan sebaik ini padaku. Tapi, gimana dengan Kak Gabriel? Ah, cuek aja. Penting aku happy. Makasih Revita.
****

Sejak kejadian itu, aku jadi lebih akrab dengan Revita. Dan tak jarang aku bertengkar dengan Alena serta Kak Gabriel. Mereka masih saja menentang keras kemauanku.

“Sen, kakak sayang sama kamu. Kakak nggak ingin kamu kenapa-napa.” Ucap Kak Gabriel dengan nada sungguh-sungguh.
“Kak, Senna bukan anak kecil lagi yang harus selalu nurut dengan kemauan kakak. Kak, aku punya cita dan impian. Kakak, seharusnya bangga punya adik yang punya tekad kuat untuk meraih cita-citanya. Tapi apa dengan kakak? Aku ingin seperti kakak. Waktu SMP dulu, kakak pernah sampai ke tingkat provinsi kan? Aku juga ingin.”
“Tapi, kondisi tubuhmu tidak memungkinkan, Senna.”
“Ah, persetan apa itu Hemofilia. Aku tak perduli.”
“Senn...”

Aku pergi tanpa menghiraukan panggilan Kak Gabriel, sialnya di saat aku berlari menghindar dari Kak Gabriel, aku menabrak Alena. Lepas dari mulut buaya di makan harimau. Sial sial...

“Sen.” Sapa Alena dengan senyum.
“Tak usah kau sapa dan tebar senyummu. Karena kau bukan sahabatku lagi.”

Setelah mengucap kata-kata tersebut aku pergi meninggalkan Alena. Benar-benar membuatku jengkel. Minggu pagi yang biasanya menyenangkan kini malah menjengkelkan. Kenapa juga Alena main kerumahku. Ah, bajingan.
****

Moment yang aku tunggu kini tiba juga. Aku sekarang lagi bertanding dengan anak SMP lain. Oh, perasaan di hatiku bercampur aduk. Perasaan senang dan gelisah. Anak SMP Nusa Harapan yang menjadi musuh bebuyutan sekolahku kini ada di hadapanku. Oh, aku semakin khawatir.

Aku tengok keadaan sekeliling. Ternyata Alena dan Kak Gabriel juga ada di sini. Mau apa mereka? Pasti mereka aku menghinaku kalau aku kalah. Tak peduli, inilah aku yang maju dengan segala kelebihanku.

Aku mulai mengayunkan raket yang aku pegang erat di tangan kanan. Cock yang membumbung tinggi ku tangkis dengan sekuat tenaga. Dan akhirnya jatuh di area lawan. Hore! Satu point untukku. Hal itu berulang berkali-kali hingga selisih scors mencapai 7 point.

Ketika aku akan mendaratkan smashku untuk yang kesekian kalinya, ternyata tangkisanku meleset. Dan cocknya jatuh tepat di depan kakiku. Aku tak mengetahuinya, sehingga aku tersandung kok tersebut. Lututku jatuh ke lapangan. “Aduh.” Aku menjerit sekali. Tapi, luka kecil di lututku menyebabkan pendarahan hebat. Banyak orang datang mengerumiku.

Aku melihat Alena dan Kak Gabriel, mereka terlihat buram, buram dan akhirnya gelap gulita. Aku tak sadarkan diri.
****

Aku membuka mata perlahan. Oh, suasananya putih semua. “Dimana aku?” ucapku dalam hati. “Jangan, aku belum pengen mati.” Ucapku lantang. Tapi aku belum tahu aku ada dimana. Kulihat bayang-bayang remang berwarna hitam. “Malaikat?” pekikku tajam. “Jangan panggil aku, aku masih ingin di dunia.”

“Sen, sadar! Ini Kakak. Sen.” Ucap bayang-bayang hitam itu.

Aku membuka mataku lebih lebar lagi. Aku tatap tajam bayang-bayang hitam tersebut. Ternyata benar itu Kak Gabriel. Di sampingnya juga berdiri laki-laki separuh baya dengan kumis tipis. Setelah kucermati lagi itu papa.

“Aku ada dimana?”
“Kamu di rumah sakit, Sen. Kamu baru sadar dari komamu yang sudah hampir seminggu.”

Aku sedikit lega. Ternyata aku masih hidup. Andaikan aku mati, gimana kelanjutannya ya? HANYA TUHAN YANG TAHU.

“Papa? Sena rindu papa.”
“Iya, sayang. Papa temani kamu disini. Papa nggak akan kemana-mana. Papa janji, sayang.”
“Terimakasih, Pa.” Kemudian aku teringat tentang pertandingan bulutangkis. “Revita mana? Aku mau minta maaf sama dia.”
“Kamu salah apa, Sen?” tanya Kak Gabriel ingin tahu.
“Senna nggak bisa memenangkan pertandingan bulutangkis.”
“Sen, asal kamu tahu ya? Revita itu nggak benar-benar baik sama kamu. Ia hanya ingin mencelakakanmu.”
“Apa buktinya kak?”
“Selama kamu sakit, apa pernah Revita menjengukmu? Tak pernah, Sen. Dan kakak berharap kamu jangan terlalu dekat dengan Revita.”
“Yang benar kak?”
“Ya. Untuk apa kakak berbohong?”
“Kak, begitu pula Alena. Dia tak menjengukku kan?”
“Kamu jangan bilang seperti itu, Sen. Alena tak hanya menjengukmu, ia malah...” ucapan Kak Gabriel terhenti.
“Malah apa?”
“Tak penting.”
****

Hangat mentari, panas membakar di siang yang terik di halaman sekolah. Tapi hatiku membeku kedinginan. Aku telah menjauh dari Alena, untuk berteman dengan Revita. Tapi setelah aku gagal, Revita malah menjauhiku. Aku merasa bersalah dengan Alena. Tapi rasa gengsi membuatku kalang kabut. Bahkan gara-gara aku jatuh kemarin, aku harus keluar dari extrakulikuler bulutangkis. Benar-benar hancur bertubi-tubi hidupku. Semua gara-gara Hemofilia. Oh, andai penyakit itu tak aku derita.

“Hai, Sen. Kok sendirian? Bisa aku temani?” ucap Alena dengan nada ramah.
“Tak usah. Pasti kamu senang kan? Hidupku sudah hancur? Tak ada lagi saingan untukmu. Sana pergi! Urus dirimu sendiri. Tak usah kau pedulikan aku lagi.”
“Sen, apa maksudmu? Aku benar-benar nggak tahu.”
“Ah, nggak usah sok suci kamu. Inikan yang kamu mau?”
“Sen, aku hanya ingin kamu senang.”
“You are not my best friend. Now and forever.” Ucapku sambil pergi meninggalkan Alena.

Jujur, sebenarnya aku merasa kasihan dengan Alena. Sahabat sebaik dia harus aku caci maki dengan kata-kata kotor seperti tadi. Kasalahan Alena tak sebanding dengan kabaikannya. Bagiku, Alena itu laksana malaikat. Tapi itu dulu.
****

Aku terdiam sendiri di kamarku yang tak asing dengan kata berantakan. Tiba-tiba sepasang tangan mengetuk pintu kamarku yang terbuat dari kayu. Aku membukanya tanpa melontarkan sepatah katapun.

“Di cariin Alena tuh, Sen.” Ucap Kak Gabriel dengan menatap tajam mataku.
“Ngapain tuh anak kesini. Mau cari masalah?”
“Sen, Alena itu anak yang baik. Ia tulus berteman sama kamu.”
“Cukup-cukup! Sebenarnya, adik kakak itu siapa sih? Aku apa Alena? Perasaan, kakak belain Alena terus.”
“Sen, kakak belain yang benar.”
“Terserah. Aku benci Alena. Dia merebut semuanya dariku. Sampai kakakku sendiri di rebut sama dia. Alena selalu benar dan aku selalu salah. Iya kan kak? Jujur aja!”
“Sen!” nada bicara Kak Gabriel mulai meninggi. “Asal kamu tahu, sebagian darah yang ada di tubuh kamu itu milik Alena. Dan, bila tak ada Alena mungkin kamu sudah pergi dari dunia ini.”
“Apa yang kakak bilang itu benar adanya?”
“Ya.”

Aku berlari menemui Alena yang ternyata sudah duduk di sofa ruang tamu. Aku memeluknya dengan deraian air mata. Aku tak sanggup memperlihatkan wajahku yang hina. Yang brutal karena di telan rasa iri dan ego yang individualis.

“Len, maafkan aku. Aku memang sahabat yang tak tahu terimakasih. Sahabat yang buruk. Sahabat yang hina. Tapi kenapa kamu masih mau bersahabat denganku? Apa untungnya Len?”
“Udah, Sen. Cukup! Jangan kau perlihatkan lagi air matamu di hadapanku. Tatap mataku! Lihat! Inilah persahabatan. Persahabatan yang baik tak memperdulikan untung rugi. Karena persahabatan itu di ikat dengan rasa kekeluargaan dan solidaritas.”
“Seandainya aku bisa jadi sepertimu?”
“Tak usah kau berpikir seperti itu. Karena aku suka kamu apa adanya. Senna yang ceria dan terus menggapai cita.”
“Give applause!” ucap Kak Gabriel memecah suasana haru. “Len, sorry aku harus membeberkan rahasia kita.”
“Kak Gabriel. Jadi Senna sudah tahu tahu kalau yang mendonorkan darah untuknya itu aku?”
“Ya. Sorry Len. Abisnya Senna keterlaluan banget.”
“Tak apa Kak. Yang penting semua tertawa seperti semula.”
“Ya terimakasih untuk Kak Gabriel, kakakku yang hampir sempurna. Dan Alena, adalah sahabat yang hampir sempurna juga.” Ucapku malu.
“Lho, kok hampir sempurna semua?” bantah Alena.
“Karena kesempurnaan milik Alloh semata.”

Hahahaha. Kami tertawa bersama. Emang hidup ini indah. Dan aku baru menyadarinya. Karena egoku sendiri semua jadi berantakan. Tak perlu kita jadi orang lain. Karena memang manusia diciptakan berbeda. Kenapa? Karena dengan perbedaan tersebut kita bisa saling memahami dan saling belajar.

Bener nggak? Pasti donk! Senna gitu lho!!!!!!!!!!
****

Baca Juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.




Pelangi Kelabu - Cerpen Persahabatan Terbaru 2012

PELANGI KELABU
Cerpen Adnan Azhari

Derap langkah yang gagah terpancar dari keelokan pria yang datang dari negeri diujung barat sana., kedatangan pria itu seakan memberikan pesona warna diantara suramnya kehidupan yang bagai hutan belantara.

Sebut saja nama pria itu adalah kakang prabu indramayu, dalam perantauanya ketanah tandus nan gersang ini tepatnya didaerah sinyaragi yang konon katanya masih termasuk kedalam wilayah cirebon

Kedatangan ke tanah cirebon itu sungguh mulia yaitu untuk menuntut ilmu disalah satu padepokan yang bernama SYEKH NUR JATI.

Didalam padepokan syekh nur jati. Kakang prebu diterima sebagai salah satu murid dari padepokan tersebut. Ia masuk kedalam ilmu bahasa arab yang notabenya syarat dengan nahwu dan sharaf yang pada dasarnya sulit ditangkap oleh kakang prabu

Untungnya kakang prabu disini tidak sendirian, ia mempunyai sahabat karib yaitu syeh al-magribi dari cirebon yang rumahnya paling ujung barat

Dan si blekok yang kemana-mana dengan syekh faruq yang konon katanya ia dijuluki manusia seribu dalil.

Dalam perjalanan hidupnya kakang prabu indramayu selalu ceria, tak pernah murung atau bersedih sampai-sampai disaat ia tak ada sekeping uangpun di kantong clananya ia masih sempat menampakan senyum simpulnya walau diantara kegetiran yang menghujaninya.

6 bulan sudah, kakang prabu menjalani kehidupanya ditanah gersang ini, dan 6 bulan pula kakang prabu menjalani aktifitas keseharianya untuk berguru di padepokan syekh nur jati.

Saat-saat yang paling di nanti oleh kakang prabu indramayu adalah disaat kewajibanya dalam padepokan itu dilaksanakan pembelajaran. ia dapat jelas melirik dan memandang sosok yang penuh makna dalam hatinya.

Ya…..sosok yang kini selalu menari-nari diatas bayang semunya, walau kini masih menjadi tumpuan dan harapan dalam angan.

Namanya listin, gadis pasundan yang kini menjadi tambatan hatinya.
Sandi-sandi cinta diatas goresan pena
Senja kan beradu diantara cakrawala prahara nestapa. Sepoian angin kan mendayu mengiringi gelapnya hari.
Kini……..malam kan datang dengan ditemani bulan dan bintang seakan menambah hangatnya simponi bersama syahdunya hati.
Diantara sunyinya malam, kakang prabu termenung dalam lamunan yang panjang seakan dinginya malam tak ia hiraukan.
Dalam lamunannya itu ia berharap kepada malam, untuk bersegera berganti menjadi mentari pagi, yang akan mempertemukanya dengan listin gadis pasundan yang kini ia nanti.
Sepoi angin malam, kini telah menghantarkan kepada lelap yang hangat..yang ia harap semoga pagi datang cepat.
Kicauan pipit laksana melodi pagi yangkini ia nanti.dan kini mentari seperti tersenyum padanya seakan memberi tanda”semangat untuk berjuang menggapai harapan” diantara senyuman yang tak karuan itu
Terdengar deringan nada yang memberi tanda bahwa 1 pesan telah kuterima.
Dan kubaca pesan singkat itu dengan seksama
“vy vy gy ningendi” wah ini gak adalagi pasti dari si maghrib
Dan betul pula apa yang kukira ternyata adalah dari syekh al-maghribi.
Dengan segera ku ambil posisi untuk masuk kamar mandi untuk bersih bersih badanku yang sejak tadi sore tidak kusirami
Ah seger pula seperti kesegaran ku ini yang akan berangkat ke padepokan
Disepanjang jalan yang kutapaki kurangkai kata demikata untuk ku gadaikan pada pujaan hati.
Dalam hati, semoga Allah meridoi ungkapan kali ini karena harapan yang akan kubangun nanti kan menjadi bahtera yang akan ku hanyutkan disamudra cinta yang berlabuh dihati ini.
Dalam suasana yang takaruan, disaat detik-detik cinta kan tersampaikan
Datang seorang syekh dari negri cirebon barat, yaitu syekh al-maghribi yang sebelumnya sudah membaca gerak-gerik saya yang cemas karena gugup akan menyampaikan apa yang ada dalam hatinya
Eh, kang lamona sampeyan pengen ngomong lan marek meng listin tapi sampean ora siap, kita siap mbaturi kang. Priwe gelem belih?
Akhirnya dengan isyarat menganggukan tawaran syekh tadi, kakang prabu setuju dengan apa yang dikatakan syekh.
Dengan warisan ilmu yang syekh miliki dari kakang prabu yaitu suara antep
Syekh memanggil listin yang sejak tadi berdiri sendiri
Listi,,,,,,,,,n! kadie
Akhirnya listin pun mengikuti apa yang diperintahkan oleh syekh
Disaat listin mendekat syekh, syekh pun kabur, entah kabur kemana yang pasti disekeliling ini hanya ada diriku dan dirinya.
Dan suasana panas kini menjadi dingin dalam benak mereka.
Sedikit demi sedikit kakang prabu mulai berbasa basi mengenai apa yang akan ia katakan
Aya naon atuh kang?
Suara yang selembut sutra kini bagai tersentuh dalam alunan nada dada
a…anu lis.
Anu naon atuh kang?
a…nu saya mau ngomong sebentar lis sama kamu. Sebenarnya ini mengenai rasa yang semakin membelenggu dalam dada.
memang mungkin apa yang saya akan katakan akan mengagetkan kamu.
naon sih kang?tanya listin penasaran
Sebenarnya jauh hari sebelum ku mulai mengenalmu, aku menanam benih cinta dihatiku.
Tapi….seiring berjalanya waktu rasa itu tumbuh subur dihatiku. Dan kini dengan disaksikan alam terbuka ku ungkapkan perasaanku, semua isi hatiku, bahwa aku telah jatuh cinta, sungguh jatuh cinta padamu lis……
Laksana tersambar halilintar, listin tak percaya kalau kakang prabu indramayu memendam rasa padanya, dan yang tak percaya adalah ia mengatakannya sejujurnya didepannya.
Mungkin lis, kamu tak usah menjawabnya sekarang, kamu bisa beri tahuku 2hari kemudian, di padepokan ini, diantara taman ini..

DARAH GUGURNYA CINTA
Setelah kakang prabu mengungkapkan apa yabg ada dalam dadanya, ia serasa terlepas dari beban berat yang menimpanya.
Dan kini kakang prabu berlari menghampiri sohabat karibnya si syekh al-maghribi
Magh………..rib kita wis ngomong karo listin.
Trus jare listine pribe je? Tanya syekh maghrib
Listin arep ngupai jawaban rongdina maning grib.
Yawis, ayugah meng laut mayoran….
Ayuh………
Akhirnya untuk merayakan pesta terungkapya cinta kakang prabu syekh dan kakang pergi ke laut
Tapi………..ditengah perjalanan yang begitu jauh yang terjal penuh bebatuan
Syekh dan prabu dirampok oleh segrombolan orang yang tak dikenal.
Sebilah golok ditancapkan tepat diatas kepala kakang prabu indramayu yang sebelumnya ia lengah dengan suasana
Cra………..t, a……….
Ceceran darah terkucur melumuri tubuh yang dulunya gagah itu, kini tak berdaya diatas tanah yang panas
Syekh magrib tidak bisa berbuat apa-apa ia hanya meratapi teman karibnya yang tak berdaya.
Tapi…..sebelum prabu menghembuskan nafas yang terahirnya ia berpesan
Untuk disampaikan pada listin, “kita akan bertemu dikehidupan yang kedua nanti
Meski dikehidupan yang pertama aku sirna memilikimu”
Akhirnya dengan berat hati syekh meninggalkan jasad prabu ditengah padang gurun tanah cirebon.
Sesaat setelah apa yang disampaikan prabu. Ia sampaikan kepada listin dengan setengah tidak tega.
Lalu syekh magrib pun berjalan menelusuri jalan. Ditengah perjalanan syekh maghrib bertemu dengan si blekok dan syekh faruq. lalu ia ngabarkan bahwa. Prabu indramayu kini telah tiada, dan kini hanyalah tinggal nama.
Betapa kagetnya syekh faruq dengan blekok. Ia trahir kali melihatnya adalah kemarin sore saja……
Di kubur dimana dia sekarang? Tanya blekok penasaran
Dia belum dikubur. Mayatnya masih berada di jalanan terjal diantara pasir sahara cirebon yang tandus ini. Kalian kesana duluan. Saya akan menyusul setelaah saya menyampaikan wasiatnya kepada listin.
Sesaat setelah kepergian mereka berdua, syekh maghribpun melanjutkan perjalananya untuk menemui listin.
Dan untunglah listin berada dalam kediamanya…
Sampurasun ?
Rampes….., eh kang maghrib, ayanaon kang.
Tanpa basa basi syekh maghrib mengungkapkan apa yang telah disampikan oleh prabu.
Lis, mungkin kamu tau dengan prabu, orang yang pernah mengungkapkan perasaanya ke kamu barusan.
Sebelum ajal menjemputnya ia berpesan padaku”meski ku taksempat memilikiu di kehidupan yang pertama ini, tapi kukan memilikimu dikehidupan yang kedua kelak, dan kita kan bertemu disurga nanti.”begitulah apa yang dikatakan prabu
Terik mentari terkikis oleh awan hitam yang menggumpal. Kini tetesair pun turun dari hitamnya awan itu.
Rintik hujan seakan menjadi saksi hatinya yangkini terbayang ungkapan cintanya yang belum kubalas
Kini hujan semakin deras, sederas ingatanya yang baru beberapa saat ia alami dengan orang yang menungkapkan cintanya yang kini telah tiada
Listin pun memutar balikan badanya

Begitu pula syekh magrib ia kembali ketempat kejadian untuk menguburkan prabu indramayu.
Listin hanya bisa memandang langit yang kini hujan telah usai.
Dalam pandanganya ia melihat pelangi yang tak secerah apa yang ia lihat kemarin.
Kini pelangi itu serasa kelabu laksana apa yang ia rasakan.
(bersambung)


Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.





Apel Merah Untuk Uni - Cerpen Persahabatan 2012

APEL MERAH UNTUK UNI
Cerpen Azka Syamila

Uni keluar dari kelasnya ketika bel istirahat berbunyi. Aku masih duduk di bangkuku, menunggu Pak Ahmad keluar kelas. Setelah Pak Ahmad keluar kelas, aku mengikuti Uni keluar kelas. Kulihat dia memandangi pohon apel yang belum kunjung berbuah. Aku menghampiri Uni yang berdiri di dekat pohon apel.

Aku duduk di sebuah kursi panjang di belakang Uni. Tiba-tiba saja sesuatu pertanyaan terbesit di hatiku. Apakah Uni menginginkan apel? Begitulah pertanyaanku. Ingin kutanyakan itu kepadanya, tapi entah mengapa begitu sulit untuk mengucapkannya.

Karena bingung, aku memainkan jari-jariku. Aku membuat nada dengan jari-jari yang memukul dengan lembut alas kursi. Uni berbalik. Ia tampaknya mendengar nada buatanku yang sangat kecil suaranya.
“Eh, Ika! Sudah lama, ya, di sini?” tanya Uni.
“Enggak, kok. Aku baru saja di sini,” jawabku. “Kamu ngapain, sih, selalu ke sini?” aku balik bertanya.
“Ka, kamu tahu, kan, kalau aku baru sekali makan apel! Aku ingin makan apel lagi, apalagi apel merah. Hmmm, pasti enak dimakan panas-panas begini,” jelas Uni.

Aku mendongak ke atas. Hari ini memang panas. Banyak murid yang membeli es hanya untuk menyegarkan tenggorokan. Padahal, ada air galon yang lebih sehat. Aku kembali memperhatikan Uni yang terus-terusan memandangi pohon apel.
“Memangnya itu pohon apel merah?” tanyaku kurang yakin.
“Iya! Waktu aku masih TK, aku ke sini sambil makan apel merah. Bijinya aku buang di sini, persis!” Uni meyakinkan.

Aku berdiri lalu meninggalkan Uni yang masih asyik dengan pohon apel merahnya. Aku berjalan ke kelas, mengambil gelas plastik dari dalam laci mejaku. Aku isi gelas itu dengan air galon yang sangat menyegarkan.

Glek … glek … glek …Air galon itu sangat segar. Aku sampai terheran-heran, mengapa teman-teman tidak mau meminumnya. Tiba-tiba, aku teringat kembali akan keinginan Uni untuk memakan apel merah. Bersamaan dengan itu, aku mempunyai ide  untuk memberikan kejutan kepada Uni.

Keesokan harinya, aku datang lebih pagi dengan apel-apel merah yang cukup banyak. Setelah meletakkan tas di kelas yang masih sepi, aku mengambil plastik putih yang berisi beberapa apel dan tali rafia. Aku berlari menuju pohon apel merah Uni yang dekat dengan kelas.

Aku berdiri di dekat pohon apel merah Uni. Aku mencari tangga agar aku bisa mengaitkan apel-apel merah ke ranting-ranting pohon apel merah Uni. Setelah cukup lama mencari, aku akhirnya menemukan tangga lalu segera mendirikannya di dekat pohon apel merah Uni yang cukup besar.

Satu per satu apel telah aku kaitkan di ranting pohon apel Uni. Uni pasti akan terkejut ketika melihatnya. Ia akan bersorak gembira. Ia juga akan tertawa terbahak-bahak karena apelnya bertangkaikan tali rafia.

Setelah melewati pelajaran yang cukup panjang, bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Uni keluar kelas lebih dulu untuk melihat pohon apel merahnya. Aku meengikuti Uni dari belakang dengan langkah perlahan, agar ia tidak tahu.

Sesampainya di tujuan, aku duduk di kursi penjang. Aku memainkan jari-jariku lagi. Kali ini, Uni tidak mendengarnya. Tiba-tiba, aku mendengar jeritan dari balik pohon apel. Aku berdiri lalu menghampiri sumber suara tersebut.
“Ika, lihat! Pohon apelnya sudah berbuah! Asyik …, aku akan makan apel merah!” seru Uni.

Aku mengangguk, ikut senang. Uni berlari ke halaman belakang lalu kembali dengan sebuah tangga. Ia segera mendirikan tangga itu ke dekat pohon apel. Uni mulai menaikinya dan mengambil satu per stau apel yang ada di ranting pohon.

Uni turun dari tangga. Tampak beberapa apel di tangannya. Tapi, setelah itu ia tampak terheran-heran karena ada tali rafia di tangkai apelnya. Uni pun berniat mengambil apel lagi untuk memcocokkan. Ia naik lagi untuk mengambil apel lebih banyak lagi. Ketika turun, ia mendapati hal yang serupa.
“Kok, pakai tali rafia? Wah, pasti ini apel ajaib,” kata Uni.
“Ngawur! Itu pasti ada orang yang mengaitkannya!” serbuku.
“Masa? Hahahaha … keren juga idenya! Makasih untuk yang sudah mengaitkan apel ini untukku!” seru Uni dengan tawanya yang khas.

Aku senang, bisa memberi Uni apel merah yang sangat ia impikan. Semoga saja ia senang dengan apa yang telah ia dapat, apel merah. Di kelas, Uni membagi-bagikan apel merah kepada teman-teman yang ada di kelas. Semua murid di kelasku makan apel merah bersama-sama. Dan …, yang habis paling banyak adalah Uni!

Baca Juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.



Persahabatan yang Membingungkan

PERSAHABATAN YANG MEMBINGUNGKAN
Cerpen Nurul Aini

Cerita ini dimulai, saat aku baru masuk SMA. SMA masa-masa yang kata orang masa yang paling menyenangkan dan itulah kenyataannya. Semenjak aku masuk SMA, aku harus ngekos dan disini aku tinggal bersama teman dan sekaligus sahabatku. 

Dan disini aku juga punya teman yang bersebelahan dengan kos kami. Hari pertama tinggal bersama, kami merasa cocok semua pekerjaan kami lakukan bersama tetapi lama-kelamaan sifat sahabatku menunjukkan perubahan yang sangat drastis. Awalnya, segala sesuatu  kami lakukan bersama tetapi terkadang tidur, makan dan belajar dia lakukan di kos sebelah. 

Aku mengira dia mungkin ingin tinggal bersama dengan temanku itu. Semenjak itu, aku selalu melakukan segalanya sendiri. Terkadang ada perkelahian yang membuat kami harus saling menjaga ego masing masing. Pernah suatu ketika kami bertengkar hebat saat itu memang aku yang bersalah. Ceritanya begini, malam itu dia belajar dan makan di kos sebelah  dia bolak balik dari kamar kami ke kos sebelah karena dia sedang memasak nasi. 

Dan saat itu, aku mengunci pintu karena aku akan tidur. Dan saat itu dia masuk, sebelum ia keluar ia berpesan dengan nada yang agak tinggi supaya tidak menutup pintu. Tapi, karena menunggu terlalu lama dan juga aku sudah mengantuk akupun mengunci pintu. Aku mengira dia akan menginap di kos sebelah seperti biasa tapi ternyata tidak. Tepatnya pukul 10 malam dia membangunkanku dengan menggedor pintu keras-keras. Aku sempat mendengar dia di tegur oleh bapak kos kami karena terlalu ribut dan mengatakan,
”mungkin temanmu sudah tidur karena dia mengira kamu akan tidur di kamar sebelah”. 

Dan akhirnya, akupun terbangun dan langsung membukakan pintu. Saat itu, dia memarahiku tapi tidak dengan nada yang keras istilahnya “ngerumun” aku merasa sangat bersalah. Malam itu, aku tidak bisa tidur karena kepikiran atas peristiwa malam itu. Peristiwa malam itu awal dari pertengkaran kami. Setelah peristiwa ini, dia menangis tapi aku tidak berani menegur atau melakukan apapun karena aku merasa sangat bersalah dan akupun pura pura tertidur. 

Pagi harinya, kami saling menyapa pun tidak, apalagi berangkat sekolah yang semula kami lakukan bersama. Selama pertengkaran ini, aku bersama dengan seorang teman, seorang anak SMP?. Aku melakukan segala sesuatu bersama dia, tapi itu berlaku saat aku berkelahi dengan sahabatku saja terlepas dari itu kami biasa biasa saja. Bukan, berarti aku melantarkan teman. Selama kami bertengkar aku sering mendengarnya menangis tapi aku tidak berani menegur atau melakukan apapun soalnya aku takut membuatnya marah. Pernah suatu malam saat dia sedang mencuci dia menegurku,”kamu kenapa sihh,,, maaf atas perbuatanku selama ini memang kalau aku lagi marah aku tidak bisa mengontrol mulutku ”, katanya. ” tidak apa-apa ini memang semua salahku,” jawabku. Semenjak malam itu kami pun berbaikkan, sifat sahabatku mulai berubah seperti semula. Semenjak itu, dia selalu mengerjakan apapun bersamaku seperti pertama kali kami tinggal bersama. Dan mulai saat ini, aku akan menjaga persahabatn ini. 

Aku akan lebih mengerti semua sifat sahabatku dan allhamdulillah sampai saat ini kami tidak mempunyai masalah. 
Mudah mudahan ini bertahan sampai akhir hayat kami.

maaf kalau ceritanya kurang bagus,,soalnya baru bisa ngebuat cerpen......!
Hehehe,,,,semoga bermanfaat!!!!

Baca Juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.



Friend 4 Ever (Cerpen Persahabatan Sejati 2012)

FRIEND 4 EVER
Cerpen Nahda Yumna 'ufairoh

 “Hai semua......”sapaku
“hai juga nahda....”temen-temenku pada jawab
“kalian lagi apa nih,pasti ngomongin aku ya???”kataku GR
“idih ngapain coba ngomongin kamu,daripada ngomongin kamu mendingan ngomongin yg lain”dengan suara keras.
Waktu itu aku dan yana mau ke toilet,tiba-tiba aku tertabrak seseorang
“eh...maaf ya...”kata cowok itu
“ya nggak papa.....kayaknya aku baru ngeliat kamu di sekolah ini,kamu murid baru ya????”tanyaku
“iya,aku murid baru di sini,namaku wahyu”
“aku yana”yana ngenalin diri ke wahyu
“kalau kamu siapa???”tanya wahyu
“namaku nahda”jawabku sambil tersenyum
“ngomong-ngomong kamu kelas berapa yu????”yana pengen tahu
“aku kelas 6 A”wahyu menjawab dengan suara yg halus
“kalau gitu sama dong kayak kita”kataku
Nggak kerasa udah pukul 7.kita bertiga pun pergi ke kelas sama-sama.Ditengah perjalanan ke kelas,yana kembali tanya sama wahyu.
“wahyu,kamu itu pindahan dari mana sih???”tanya yana cerewet
“aku pindahan dari yogya,dulu aku tinggal di yogya,tapi sekarang di sini karna ayahku ditugasin di sini”jawab wahyu ramah
“o...gitu ya....???”yana si cerewet
Kita bertiga sudah sampai di kelas.
“anak-anak,kalian kedatangan teman baru pindahan dari yogya,namanya wahyu,
Wahyu perkenalkan diri kamu ke teman-teman”jelas guruku
“ hai temen-temen,namaku wahyu,aku pindahan dari yogya,aku harap kalian bisa nerima aku sebagai teman kalian”wahyu memeperkenalkan diri
“hai juga wahyu,kita bakal nerima kamu sebagai temen kita kok,ya nggak temen-temen????”sahutku
“iya dong....”semuanya kompak.
@@@@@@@@@@

Ujian nasionalpun sudah selesai.aku dan temen-temen tinggal nunggu hasilnya 2 minggu yg akan datang.menunggu hasil UN kita,kita nggak ada pelajaran alias jam bebas.
“enaknya ngapain nih”tanyaku ke temen-temen
“kita tanding sepak bola aja yuk,berani nggak”wahyu manantang
“ok,siapa takut”jawabku
“tim cowok 6 a dan 6 b lawan cewek 6a dan 6 b ok???”jelas wahyu
“ok.....”timku kompak
Pertandinganpun berjalan.belum sampai selesai,aku tertabrak cowok kelas 6 b.
“aduh...”aku kesakitan
“maaf.....mana yg sakit???aku bawa kamu ke UKS ya????”kta cowok itu
“gak usah....”jawabku
“tapi luka kamu perlu diobati”
“aku nggak papa kok...”
“kalau kamu nggak mau ke UKS,mendingan kamu istirahat di kelas atau di tempat teduh aja...”cowok itu perhatian sama aku
“makasih ya....”
Aku berusaha berdiri dan ternyata aku nggak kuat berdiri
“aduh......”aku kesakitan
“kalau kamu nggak kuat,ayo aku bantu.....”
“makasih ya...”
“ayo aku bantu”
Lalu cowok itu memegang tanganku dan membantu aku jalan.seampainya di bawah pohon,cowok itu nemenin aku duduk di sana.
“oh...ya....ngomong-ngomong nama kamu siapa????”tanya cowok itu
“namaku nahda,kalau kamu siapa????.....”
“namaku rian”dia jawab sambil berjabatan tangan
Akhirnya aku dan dia menjadi temen.dia selalu ngerti tentang perasaanku.tapi pertemananku sama dia,nggak akan menggantikan yana dan wahyu sabagai sahabatku.
Nggak kerasa hari ini pengumuman kelulusanku n temen**.Jantungku deg** gan waktu guruku mau bacain hasil kelulusanku n temen**.Tapi salah satu temenku ada yg punya usul.
“eh....temen**....aku punya usul...biar kita nggak tegang,mendingan kita semua saling pegangan tangan erat**.....setuju nggak...????”
“ok....setuju....”aku n temen** kompak.
Aku n temen** saling pegangan tangan erat**...N sekarang tiba waktunya guruku membacakan hasilnya.
“ok anak**,sekarang ibu di sini mau membacakan hasil ujian nasional kalian.Dan hasilnya adalah.....”
Aku n temen**deg** gan....kita pegangan tangan semakin erat....
“kalian semua lulus....”
Aku n semua temen**ku saling berpelukan.Kita semua bersyukur banget.....
@@@@@@@@@@

Paginya.....
Aku n temen** ngada’in perpisahan.Waktu perpisahan kita semua berpelukan.Jauh hari sebelum kita lulus,kita udah nyipta’in sebuah lagu,puisi,n film.Itu semua karya dari kita sendiri.
Waktu perpisahan,yg nyanyi’in lagu aku,yana,wahyu,n rian.Lagu itu berjudul “SAHABATKU”.Cipta’anku n temen**.Kita berempat nyanyi sambil nangis,hati kita tersentuh baget kalo nyanyi’in lagu itu.
Yg baca’in puisi si Nia.Puisi yg dibacakan berjudul “JANGAN LUPAKAN AKU”.Karyaku,tapi temen**ku juga bantu aku.Semua orang yg ada di situ meneteskan air mata,sampai** guruku juga ikut meneteskan air mata.
Dan yg terakhir pemutaran film kita.Yg kita beri judul “SAHABAT SELAMANYA”.Ceritanya tentang persahabatan kita selama ini.Dari awal sampai akhir kita nangis,tapi bukan nangis karna ada masalah.Tapi nangis karna bahagia n sedih.Bahagia karna selama ini kita selalu bersama dalam keadaan senang maupun susah.Sedih karna kita nggak satu sekolah lagi,jadi jarang ketemu.
@@@@@@@@@@

Nggak kerasa acara perpisahan itu udah selesai.Setelah acara itu,aku n temen** janjian buat pergi ke SD.Kita semua mau pamit n minta do’a restu dari guru** di SD kita.
“bu,pak,maafin semua kesalahan kita selama ini ya.Selama ini kita udah nyusahin bapak n ibu guru semua.Kita selalu bandel.Kita mau pamit sama bpk n ibu guru,kami juga minta do’a restunya untuk melanjutkan sekolah ke sekolah pilihan kami” kataku sebagai perwakilan dari temen**ku
“ea anak**.....ibu n bpk guru sudah memaafkan kalian.Do’a restu bpk n ibu guru selalu menyertai kalian.Bpk n ibu guru berpesan pada kalian “ raihlah cita** kalian setinggi langit,jangan pernah menyerah,tetaplah bersemangat demi menggapi cita** kalian ”.Ingat pesan dari bapak n ibu guru.”perwakilan dari guruku.
“ia pak,,bu....kami semua akan selalu mangingat pesan bapak n ibu guru.Kami semua pamit”
“ia nak....jangan pernah lupakan ibu n bapak guru ya”
“kami semua nggak akan melupakan bpk n ibu guru”
Lalu,kami semua bersalaman dengan bpk n ibu guru.Kami semua menangis terharu.
@@@@@@@@@@

Setelah pamitan sama guru** SD,kita ke rumah si Rian.Kita semua menikamati masa** yg indah ini dengan rasa senang.
“eh...temen**.... besok setelah kita masuk ke sekolah baru kita masing** kira** kita bisa kayak gini lagi nggak ya???”tanya si Dewi.
“ea harus bisa donk....gimanapun juga,kita kan FRIEND 4 EVER....jadi kita harus tetep kumpul bareng kayak gini donk....”jawab yana dengan lantang.
“aku setuju.....persahabatan kita tu nggak boleh putus....kita harus tetep bersahabat selamanya....walaupun kita nggak satu sekolah lagi”sahut si Wahyu.
“bener banget....eeeemmm....gimana kalau setiap kita liburan,kita kumpul bareng.....setuju nggak????”aku usul.
“setuju banget.....”jawab temen**ku kompak.
@@@@@@@@@@

Kita semua sekolah di sekolah kita masing**......
“hallo Dut.....”kataku
“hallo juga Ada”jawab wahyu
“kamu lagi ngapain nih,aku nggak ganggu kan???”
“nggk koq.....kamu nggak ganggu....lagian aku lagi nggak sibuk....ada apa kamu nelvon aku????”
“aku cuman mau tanya sama kamu.......”
“tanya apa???”
“besok kan malem minggu,kamu ada waktu buat kumpul bareng nggak????”
“pasti ada donk.....apa sih yg nggak buat temen**ku yg tersayang.....”
“ok, kalo gitu.....besok malem minggu kamu ke rumahku dulu,baru ke rumah si Rian.....ok.....”
“emangnya temen** yg laen udah pada tau????”
“ea udah donk......besok kalo kamu mau ke rumah Rian,aku boncengan sama kamu ya????boleh kan???”
“ea boleh donk.....emangnya besok jam berapa????”
“tadi katanya si Rian sih jam delapan.....”
“oooowwww.....kalo gitu besok aku ke rumahmu jam setengah delapan.....kamu harus udah siap....ok......”
“wokeh.....”
“eh.....udah dulu ya....”
“ea sob....”
“sampai ketemu besok......da.....”
“da.......”
@@@@@@@@@@

Malem minggu (07.00).....
Aku siap** buat ke rumah si Rian.
Nggak lama kemudian sahabatku Wahyu datang ke rumahku
“Ada....”dia manggil aku (panggilan akrab)
“ea Dut......(panggilan akrabku ke wahyu)”
“cepet donk......”
“ea**.....”
Aku udah keluar rumah.....
“lama banget cieh kamu Ada......”
“ea maap.....”
“ea udah....cepet naik....ntar telat lagi....”
“ea** Dut.....”
Aku dan wahyu udah sampe’ di depan rumah Rian......dan ketemu sama mamah si Rian,,,,
“malem tante.....Rian nya ada????”tanya si Wahyu
“malem....Rian ada di dalem koq.....silahkan masuk....”
“trima kasih tante.....”
Nggak lama kemudian Rian datang....
“eh....ian.....jadi nggak nih????”
“jadi donk....rencananya aku mau bawa kalian semua ke cafe favoritku....mau nggak....”
“ea pasti mau donk....asal gratis.....gratis kan???”kata si yana
“ea**.....gratis.....semua aku yg bayar....”
“makasih Rian.....kamu emang baik deh.....”
“ea donk.....Rian gtu.....”
@@@@@@@@@@

Setelah kita kumpul di cafe kita pulang ke rumah masing**......
Aku dianter sama Wahyu dan Yana dianter si Rian....
Di jalan aku n Wahyu omong** an...
“eh Ada....kira** kita besok bisa kayak gini lagi nggak ea....”
“ea harus bisa donk.....walaupun cuman 1 tahun sekali....”
“ea moga** aja ea.....”
“e’emp.....”
Nggak kersa udah sampe’ depan rumah ku.....
“thanks ea Dut.....”
“ea...sama** Ada....”
“see u next time.....”
“see u too....”
@@@@@@@@@@

Sampe’ saat ini aku dan temen**ku masih berteman baik.Dan kami selalu menjaga pertemanan kami untuk sekarang,besok,lusa dan slamanya.
Motto kita adalah :
Makan nggak makan yg penting kumpul
Kita semua berharap agar pertemanan kita bertahan selamanya.
@@@@@@@@@@

by : nahda yumna 'ufairoh

Baca juga Cerpen Persahabatan yang lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar